PENGAJARAN PUSI
Menurut Rusyana
(1982: 42), langkah-langkah pembelajaran dalam mengajarkan
puisi yaitu:
1)
Mempelajari
puisi yang akan dibawakan
Guru
hendaknya terlebih dahulu mempelajari puisi yang akan dibawakan atau diajarkan.
Dengan mempelajari puisi yang akan dibawakan guru akan mempunyai pegangan. Ia
memeriksa bagian-bagian mana yang memerlukan keterangan dan bagian mana yang
tidak. Ia akan dapat menentukan aspek manakah dari puisi yang memerlukan
perhatian khusus. Salah satu hal yang sangat penting adalah menemukan
pendekatan dalam puisi, yaitu apakah penyair dalam puisinya menunjukkan
kata-kata kepada seseorang, ataukah kepada kemanusiaan pada umumnya, apakah
puisi menyajikan suatu percakapan dengan orang lain atau suatu monolog dengan
diri sendiri.
2)
Menentukan
kegiatan yang akan dilakukan
Setelah
guru mengenali puisi yang akan dibawakan, ia menentukan kegiatan apa yang akan
dilakukannya di dalam kelas. Guru bisa berpendapat beberapa puisi akan langsung
saja dibaca oleh guru dan siswa, tanpa memberikan keterangan apa-apa. Ada pula
puisi yang dianggapnya memerlukan pengantar sebelum dibawakan. Demikianlah guru
menentukan kegiatan yang akan dilakukan di kelas seperti: guru membacakan puisi
dan siswa mendengarkan, siswa membaca nyaring sendiri atau dalam paduan membaca
puisi, siswa bertukar pengalaman tentang puisi yang mereka baca, siswa dan guru
berdiskusi dll. Kegiatan mengenal puisi dan menentukan apa yang akan dilakukan
adalah kegiatan guru sebelum masuk kelas. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan
guru dan siswa di dalam kelas.
3)
Memberikan
pengantar pengajaran
Sebelum
masuk ke dalam kegiatan pengajaran puisi, guru memberikan pengantar yang
maksudnya menarik perhatian siswa pada pokok yang akan dipelajari. Caranya
bermacam-macam, bergantung pada pengalaman guru tentang puisi yang akan
dibawakan. Pengantar ini hendaknya benar-benar mengantarkan siswa ke dalam
suasana yang diharapkan terjadi pada kegiatan pengajaran selanjutnya.
4)
Menyajikan
bahan pengajaran
Dalam
menyajikan bahan pengajaran terlebih dahulu guru hendaknya menciptakan suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan. Puisi harus menjadi sumber kenikmatan bagi
siswa. Oleh karena itu penyajiannya pun harus menyenangkan. Puisi itu pada
dasarnya untuk didengarkan, oleh karena itu siswa hendaknya berkenalan dengan
puisi secara lisan. Dalam penyampaian secara lisanlah bunyi, irama dan tekanan
dapat ditangkap dan diapresiasi oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu
membacakan puisi dengan baik untuk keperluan menyampaikan puisi kepada
siswanya. Akan tetapi guru harus berusaha agar siswa tidak menjiplak bacaannya
itu. Oleh karena itu, siswa hendaknya dirangsang untuk membaca nyaring sesuai
dengan caranya sendiri.
5)
Mendiskusikan
puisi yang telah dibaca
Diskusi
dilakukan untuk lebih mendalami puisi yang telah dibaca, dalam diskusi tentang
puisi yang telah dibacakan ditanyakan misalnya: Siapakah yang bicara dalam
puisi itu? Kepada siapa pembicaraan ditujukan? Bagaimana gambaran keadaannya?
Apa yang telah ia perbuat? Apa yang dipikirkannya? Apa yang ingin diperbuatnya?
Apa ia merasa bahagia, ketakutan atau kesepian? Dengan melakukan diskusi
terhadap puisi, siswa akan lebih mengetahui dan memahami tentang puisi yang
telah mereka baca.
6)
Memperdalam
pengalaman
Guru
berusaha agar siswa memperdalam pengalaman mereka tentang puisi yaitu memberi
kesempatan kepada siswa untuk membaca puisi dengan nyaring, agar mereka dapat
lebih merasakannya. Akan tetapi, siswa harus terlebih dahulu mempersiapkannya
dan melakukan latihan membaca puisi. Kegiatan membaca puisi dapat dirangsang
dengan berbagai cara misalnya: mengadakan acara pembacaan puisi dan pemberian
penghargaan kepada pembacaan yang menunjukkan penafsiran dan penghayatan yang
sesuai dengan isi puisi yang dibacakan.
Terima kasih, makalahnya sangat bermanfaat.
BalasHapus