Sabtu, 20 Desember 2014

Teori Pengajaran Puisi Menurut Rusyana


PENGAJARAN PUSI
 Menurut Rusyana (1982: 42), langkah-langkah pembelajaran dalam mengajarkan puisi yaitu:
1)      Mempelajari puisi yang akan dibawakan
Guru hendaknya terlebih dahulu mempelajari puisi yang akan dibawakan atau diajarkan. Dengan mempelajari puisi yang akan dibawakan guru akan mempunyai pegangan. Ia memeriksa bagian-bagian mana yang memerlukan keterangan dan bagian mana yang tidak. Ia akan dapat menentukan aspek manakah dari puisi yang memerlukan perhatian khusus. Salah satu hal yang sangat penting adalah menemukan pendekatan dalam puisi, yaitu apakah penyair dalam puisinya menunjukkan kata-kata kepada seseorang, ataukah kepada kemanusiaan pada umumnya, apakah puisi menyajikan suatu percakapan dengan orang lain atau suatu monolog dengan diri sendiri.
2)      Menentukan kegiatan yang akan dilakukan
Setelah guru mengenali puisi yang akan dibawakan, ia menentukan kegiatan apa yang akan dilakukannya di dalam kelas. Guru bisa berpendapat beberapa puisi akan langsung saja dibaca oleh guru dan siswa, tanpa memberikan keterangan apa-apa. Ada pula puisi yang dianggapnya memerlukan pengantar sebelum dibawakan. Demikianlah guru menentukan kegiatan yang akan dilakukan di kelas seperti: guru membacakan puisi dan siswa mendengarkan, siswa membaca nyaring sendiri atau dalam paduan membaca puisi, siswa bertukar pengalaman tentang puisi yang mereka baca, siswa dan guru berdiskusi dll. Kegiatan mengenal puisi dan menentukan apa yang akan dilakukan adalah kegiatan guru sebelum masuk kelas. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan guru dan siswa di dalam kelas.
3)      Memberikan pengantar pengajaran
Sebelum masuk ke dalam kegiatan pengajaran puisi, guru memberikan pengantar yang maksudnya menarik perhatian siswa pada pokok yang akan dipelajari. Caranya bermacam-macam, bergantung pada pengalaman guru tentang puisi yang akan dibawakan. Pengantar ini hendaknya benar-benar mengantarkan siswa ke dalam suasana yang diharapkan terjadi pada kegiatan pengajaran selanjutnya.
4)      Menyajikan bahan pengajaran
Dalam menyajikan bahan pengajaran terlebih dahulu guru hendaknya menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan. Puisi harus menjadi sumber kenikmatan bagi siswa. Oleh karena itu penyajiannya pun harus menyenangkan. Puisi itu pada dasarnya untuk didengarkan, oleh karena itu siswa hendaknya berkenalan dengan puisi secara lisan. Dalam penyampaian secara lisanlah bunyi, irama dan tekanan dapat ditangkap dan diapresiasi oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu membacakan puisi dengan baik untuk keperluan menyampaikan puisi kepada siswanya. Akan tetapi guru harus berusaha agar siswa tidak menjiplak bacaannya itu. Oleh karena itu, siswa hendaknya dirangsang untuk membaca nyaring sesuai dengan caranya sendiri.
5)      Mendiskusikan puisi yang telah dibaca
Diskusi dilakukan untuk lebih mendalami puisi yang telah dibaca, dalam diskusi tentang puisi yang telah dibacakan ditanyakan misalnya: Siapakah yang bicara dalam puisi itu? Kepada siapa pembicaraan ditujukan? Bagaimana gambaran keadaannya? Apa yang telah ia perbuat? Apa yang dipikirkannya? Apa yang ingin diperbuatnya? Apa ia merasa bahagia, ketakutan atau kesepian? Dengan melakukan diskusi terhadap puisi, siswa akan lebih mengetahui dan memahami tentang puisi yang telah mereka baca.
6)      Memperdalam pengalaman
Guru berusaha agar siswa memperdalam pengalaman mereka tentang puisi yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca puisi dengan nyaring, agar mereka dapat lebih merasakannya. Akan tetapi, siswa harus terlebih dahulu mempersiapkannya dan melakukan latihan membaca puisi. Kegiatan membaca puisi dapat dirangsang dengan berbagai cara misalnya: mengadakan acara pembacaan puisi dan pemberian penghargaan kepada pembacaan yang menunjukkan penafsiran dan penghayatan yang sesuai dengan isi puisi yang dibacakan.

1 komentar: