Sabtu, 20 Desember 2014

JENIS-JENIS KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Gagasan dan ide yang disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah formal. Bahasa sebagai simbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara fungsional saling berhubungan sebagai suatu sistem bahasa. Satuan terkecil yang mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang kalimat dan jenis-jenis kalimat. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan  masyarakat Indonesia. Banyak hal yang harus diperhatikan saat menggunakan kalimat dalam ragam tulis, selain ide atau gagasan, ragam tulis yang digunakan haruslah mencerminkan bahasa formal dengan segala ketentuannya. Tentunya banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan.
            Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai intonasi final yang menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal subjek dan predikat dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.
Hal inilah yang menarik untuk diketahui tentang bagaimana pengertian kalimat, batasan-batasan sebuah kalimat dan jenis-jenis kalimat. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang  struktur dan jenis-jenis kalimat dalam makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1.      Apakah hakikat kalimat?
2.      Apa sajakah konstituen dasar pembentuk kalimat?
3.      Apa sajakah jenis-jenis kalimat?
C.    Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dengan adanya makalah ini, yakni:
1.      Mengetahui hakikat kalimat.
2.      Mengetahui konstituen dasar pembentuk kalimat.
3.      Mengetahui jenis-jenis kalimat.
D.    Manfaat
1.      Kehadiran makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pembelajaran sintaksis bahasa Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Hakikat Kalimat
Dalam pandangan gramatikal, yang menganggap tata bahasa sebagai subsistem yang hierarkis, kalimat merupakan satuan yang tetap terikat pada satuan yang lebih besar atau dapat berdiri sendiri. Secara relatif, ada kemungkinan satuan yang lebih besar kalimat dapat berdiri sendiri dan mempunyai intonasi final, secara aktual dan potensial terdiri atas klausa. Dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis (kata, frasa dan klausa), kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa disertai intonasi final dan bila diperlukan dilengkapi dengan konjungsi (Dola, 2010: 76). Sedangkan menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 6), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
Pendapat lain dikemukakan Kridalaksana (2008: 103), kalimat adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat merupakan kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal yang terpenting dalam pembentukan sebuah kalimat yaitu konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar dapat berupa kata, frasa maupun klausa yang diberi intonasi akhir. Berikut contoh kalimat yang dibentuk oleh kata, frasa dan klausa.
Contoh:
Mangga!   (dari kata)
Mangga manis!   (dari frasa)
Andik membeli mangga manis. (dari klausa)

Jika kalimat-kalimat di atas dilafalkan maka akan jelaslah peranan intonasi final dalam menentukan suatu kalimat. Karena peran intonasi finallah maka kalimat merupakan satuan gramatikal bebas.
B.     Konstituen Dasar Pembentuk Kalimat
Sebagai subsistem bahasa mencakup satuan-satuan pembentuk konstruksi kalimat serta hubungan diantaranya. Konstituen dasar pembentuk kalimat meliputi; kata, frasa, dan klausa.
1.      Kata
Dalam tataran gramatikal, kata adalah satuan terkecil dalam kalimat. Kata memiliki potensi untuk berdiri sendiri dan dapat berpindah-pindah tempat dalam kalimat. Kemampuan kata menjadi kalimat dapat kita lihat, misalnya kata ambil dapat menjadi kalimat Ambil!  (kalimat perintah), kata sudah dapat menjadi kalimat Sudah!  (kalimat berita). Menurut Kridalaksana (2008: 110), kata merupakan satuan terkecil bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal, misalnya; pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa.
Ciri lain dari kata ialah dapat berpindah tempat dalam kalimat. Misalnya, kata semalam dapat berpindah ke awal kalimat, ke tengah kalimat, atau ke akhir kalimat. Kebebasan kata semalam untuk berpindah tempat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut ini.
Semalam hujan turun.
Hujan semalam turun.
Hujan turun semalam.
2.      Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat pada salah satu unsurnya dan pada umumnya menjadi alat pembentuk klausa (Dola, 2010:7). Menurut Tarigan (2009: 96), frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Pandangan lain dikemukakan oleh Kailani Hasan, frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari rangkaian kelas kata yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama maupun ke dua. Rangkaian kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan atributif, predikatif, dan posesif. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008: 66), frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan gabungan atau rangkaian kata yang tidak berciri klausa atau tidak memiliki predikat. Seperti halnya dengan kata, frasa memiliki potensi untuk berdiri sendiri menjadi kalimat, seperti contoh berikut ini.
Anak Andik. (jawaban dari pertanyaan Siapa yang terlambat?)
Tadi pagi. (jawaban dari pertanyaan Kapan Anda tiba?)
3.      Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook dalam Tarigan, 2009:76). Sedangkan Ramlan berpendapat bahwa klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Pendapat lain dikemukakan oleh Dola (2010: 8), klausa adalah satuan gramatikal yang disusun oleh kata atau frasa dan memiliki satu predikat. Pada umumnya, klausa merupakan unsur pembentuk kalimat.
Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
C.    Jenis-jenis Kalimat
Untuk dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau tinjauan. Kriteria-kriteria itu menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.
1.      Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas (a) kalimat tunggal, (b) kalimat bersusun, (c) kalimat majemuk.

a)      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Kalimat tunggal sering disebut kalimat sederhana, kalimat simpleks dan kalimat ekaklausa.
Contoh:
1)      (S)     (P)          (Ket)
  Dia datang dari Jakarta.

2)      (S)            (P)            (O)
Dunia  meratapi musibah ini.

3)      (S)         (P)      (O)          (Ket)
Dia sedang menulis surat di kamar.

4)      (S)                     (P)
Kakekku masih gagah.

5)      (S)                  (P)                (Ket)
Mereka bergembira sepanjang hari.
b)     Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Kalimat bersusun sering juga dinamakan kalimat majemuk bertingkat atau kalimat majemuk subordinat. Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan atau tersusun, yaitu bagian utama dan bagian bawah. Disebut bertingkat karena bagian-bagiannya memperlihatkan tingkatan yang tidak sama, ada bagian induk dan bagian anak. Dipandang sebagai subordinasi karena bagian yang satu bergantung dari bagian yang lain. Klausa-klausa yang membentuk kalimat bersusun (bertingkat) ini tidak setara, ada klausa utama (Klut) dan klausa subordinat (Klsub).
Untuk menggabungkan klausa-klausa yang tidak setara itu, digunakan konjungsi subordinatif seperti; kalau, ketika, meskipun, atau karena.
Contoh:
1)          (       Klut                 )      (       Klsub      )
Dia tidak mencuci motor karena hari hujan.

2)            (       Klut      )        (           Klsub        )
Kalau Husna pergi, Andik pun akan pergi.

3)        (         Klut     )            (          Klsub         )
Shoffi membaca komik, ketika ayah tidur.

4)         (             Klut              )             (       Klsub        )
Meskipun dilarang oleh Shoffi, Nana akan pergi juga.

5)        (                  Klut                    )        (     Klsub      )
Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.

c)      Kalimat Majemuk
                 Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari beberapa klausa bebas. Kalimat majemuk sering pula disebut kalimat setara. Karena klausa-klausa yang membentuknya memiliki status yang sama, setara atau sederajat. Klausa-klausa yang setara dalam kalimat majemuk dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti; dan, atau, tetapi, lalu. Contoh:
1)       ( Kl bebas)      ( Kl bebas)               ( Kl bebas)
Rini melirik, Rahmat tersenyum dan Tini tertawa.

2)              ( Kl bebas)                       ( Kl bebas)
Dia membuka pintu, lalu mempersilakan kami masuk.

3)        ( Kl bebas)                 ( Kl bebas)
Dia datang dan duduk di sebelah saya.

2.      Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kedua jenis kalimat ini dijelaskan sebagai berikut.
a)      Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. Terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap memiliki klausa lengkap, yaitu sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat, disebut juga kalimat mayor.
Contoh:
1)       (            S        )     (       P         )
Negara Indonesia berdasarkan pancasila.

2)       (          S         )  (     Ket   )     (   P     )
Bapak menteri besok pagi akan ke Jepang.

3)       (     S       )   (      P       )    (     Ket         )
Kakeknya petani kaya di kampung itu.

b)     Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa yang tidak lengkap. Terdiri dari hanya subjek, hanya predikat atau objek. Kalimat ini disebut juga kalimat minor.
Contoh:
1)      Astaga!
2)      Dari toko!
3)      Andik!
4)      Selamat malam!
5)      Silakan duduk!
3.      Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya
Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif, kalimat imperative, kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat interjektif. 
a)      Kalimat Deklaratif
                 Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulisan diberi tanda titik pada akhir konstruksi. Amanat yang dikandungnya berupa pemberitaan atau pernyataan.
Contoh:
1)      Gaji pegawai negeri tidak dinaikkan.
2)      Hampir setiap hari mahasiswa berdemonstrasi.

b)     Kalimat Introgatif
                 Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda tanya (?) pada akhir konstruksi. Selain itu, ditandai pula oleh partikel tanda tanya seperti –kah, atau, kata tanya seperti; apa, mengapa, bagaimana. Amanat yang dikandungnya berupa pertanyaan atau keingian memperoleh jawaban.
Contoh:
1)      Apa yang Anda harapkan dari saya?
2)      Mengapa rakyat Indonesia semakin miskin?
3)      Bagaimana caranya menurunkan bobot badan?
c)      Kalimat Imperatif
                 Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda seru (!) pada akhir konstruksi. Kalimat imperatif ditandai pula oleh partikel –lah atau kata-kata seperti hendaklah, jangan. Amanat yang dikandungnya berupa perintah atau keinginan agar orang melakukan apa yang dikehendaki pembaca atau pembicara.
Contoh:
1)      Jangan perhatikan ucapannya!
2)      Bacalah buku itu!
3)      Berikan surat ini kepadanya!
4)      Lompat saja!
5)      Hendaknya Anda melayani permintaan dia!
d)     Kalimat Aditif
                 Kalimat aditif adalah kalimat yang memberikan keterangan tambahan pada kalimat pernyataan, dapat lengkap dapat pula tidak lengkap.
Contoh:
1)      Sudah bulan Agustus, pemasukan juga tidak ada.
2)      Hanya belum punya uang.
e)      Kalimat Responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang berhubungan dengan pernyataan yang mendahuluinya, dapat lengkap, dapat tidak lengkap. Kalimat responsif biasanya juga disebut kalimat jawaban atau kalimat tambahan.
Contoh:
1)      Ya!
2)      Tadi pagi!
3)      Bagus!
f)       Kalimat Interjektif
                 Kalimat interjektif adalah kalimat seruan yang mengungkapkan perasaan, dapat lengkap, dapat tidak lengkap. Seruan ada dua macam yaitu (1) yang terjadi dari klausa lengkap ditandai oleh partikel seperti: mudah-mudahan, alangkah dan (2) yang seperti: aduh, wah, amboi.
Contoh:
1)      Wah, ini baru kejutan!
2)      Amboi, cantiknya!
3)      Mudah-mudahan Tuhan selalu bersamamu!
4)      Aduh, andai saja dia belum menikah!

4.      Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan atas; kalimat inti dan kalimat bukan inti.


a)      Kalimat Inti (Kalimat Dasar)
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif, netral. Dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat inti atau kalimat dasar dengan pola struktur sebagai berikur: (Kategori kata diseragamkan dalam bentuk frasa).
Contoh:
1)      FN + FV                                                        
(S) + (p)                                   :           Ibu/ datang.//

2)      FN + FV + FN
(S) + (P) + (O)                         :           Ayah/ merapikan/ rak buku.//

3)      FN + FN
(S) + (P)                                  :           Ibu/ pegawai negeri.//

4)      FN + Fnum
(S) + (P)                                  :           Uangnya/ tiga juta.//

5)      FN + Fprep
(S) + (P)                                  :           Kekasihnya/ di desa.//

b)     Kalimat Bukan Inti
Kalimat bukan inti adalah kalimat yang terbentuk dengan pengubahan pola kalimat inti melalui proses seperti: pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penambahan, pemerintahan, penginversian dan pelesapan.
Contoh:
1)      Komik dibaca oleh Dini.   (Transformasi pemasifan dari kalimat inti “Dini
        membaca komik.”)

2)      Apakah Dini membaca komik?  (Transformasi penanyaan dari kalimat inti
     “Dini membaca komik.”)
5.      Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa
Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal
a)      Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah klausa verbal. Dapat berupa kalimat verbl transitif, intransitif, aktif, pasif.
Contoh:
1)      Ibu menulis surat.   (Kalimat verbal transitif)
2)      Nina berdandan di kamar.   ( Kalimat verbal intransitif)
3)      Surat ditulis Ibu (Kalimat verbal pasif).
b)     Kalimat Nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai konstituen dasarnya. Dapat berupa kalimat nonverbal nominal, adjectival, numeralia dan sebagainya.
Contoh:
1)      Kakekku pelaut. (Kalimat nonverbal nominal)
2)      Adiknya cantik sekali.   (Kalimat nonverbal adjektival)
3)      Tabungannya lima juta.   (Kalimat nonverbal numeralia)

6.      Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas: kalimat bebas dan kalimat terikat.
a)      Kalimat Bebas
Kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau kalimat yang dapat memulai sebuah paragraf wacana tanpa konteks lain dari penjelasan.
b)     Kalimat Terikat
Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan salah satu tanda ketergantungan (keterkaitan) seperti penanda perangkaian, penunjukan, anaforis.
Contoh dari kalimat bebas dan kalimat terikat:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung (3).
Kalimat (1) adalah kalimat bebas.
Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat terikat.



D.    Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang  dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat  efektif memiliki diksi (pilihan kata) yang  tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai  ketentuan EYD, baik pemakaian tanda baca dan penulisan kata. Selain itu, menurut Marliana (2014) kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
1.      Kesatuan                                                      
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (subjek dan predikat) sebagai kalimat yang jelas.  Contoh:
a)      Bagi yang tidak berkepentingan  dilarang  masuk.  (salah)
                                    K                                   P
b)      Yang  tidak  berkepentingan  dilarang  masuk.   (benar)
S                              P
2.      Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
a)      Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas).   (salah)
b)      Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas).   (benar)
c)      Kami telah membicarakan tentang hal itu.(salah)
d)     Kami telah membicarakan hai itu. (benar)
3.      Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja)  dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:
a)      Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan membuat tali air. (salah)
b)      Kami telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan desa, dan membuat tali air. (benar)
c)      Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
d)     Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)
4.      Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan  pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
a)      Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
b)      Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)
5.      Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Conto:
a)      Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b)      Hanya ini yang  dapat saya berikan.(benar)
c)      Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)

6.      Kelogisan 
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian. Contoh:
a)      Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara  Republik Indonesia.
b)      Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c)      Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan.(salah)
Alasan : Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
d)      Bapak  Gubernur kami persilahkan. (benar)

E.     Beberapa Kesalahan dalam Kalimat 
Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur subjek dan predikat dalam kalimat, dan (3) gejala pleonasme dalam kalimat.
1.      Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena  adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh:
Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. (salah)
Bagian pertama kalimat di atas melalui kursus ini; bagian keduanya diharapkan bermanfaat untuk… Hubungan bagian pertama dan kedua tidak cocok. Kalau kita bertanya,Apa yang diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui  kursus ini.” Jawaban yang tepat adalah “kursus ini”. Kalau bagian pertama ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian kedua harus diubah menjadi: diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan. Mari kita kembali pada  kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah kalimat asalnya yang benar.Perhatikan kalimat asal itu.
a)      Kursus ini diharapkan bermanfaat  untuk meningkatkan keterampilan. (benar)
b)      Melalui kursus ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan. (benar)

2.      Ketidakjelasan  Unsur  Subjek  dan  Predikat dalam Kalimat
Pada sebagian kalimat yang tidak jelas  unsur subjek dan tidak memiliki unsur predikat akan membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti objek, keterangan dan Pelengkap. Contoh:
a)      Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (tidak jelas unsur subjek)
b)      Negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (jelas unsur subjek)
c)      Ayah ke kantor jam tujuh pagi.(tidak ada unsur predikat)
d)     Ayah  pergi ke kantor jam tujuh pagi. (ada unsur predikat)
3.      Gejala Pleonasme dalam Kalimat        
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme  dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata atau bahasa yang berlebihan. Contoh:
a)      Para tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (salah)
b)      Para tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)
c)      Tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)
d)     Sejak dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing (salah)
e)      Sejak terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing.(benar)
f)       Dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kalimat adalah gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan mempunyai intonasi final.
2.      Konstituen dasar dalam pembentukan kalimat dapat berupa, kata, frasa dan klausa.
3.      Klasifikasi kalimat dalam berbagai kriteria atau tinjauan, yaitu:
a.       Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas (1) kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun, (3) kalimat majemuk.
b.      Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan atas (1) kalimat lengkap dan (2) kalimat tak lengkap.
c.       Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya
Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif, kalimat imperative, kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat interjektif.
d.      Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan atas; kalimat inti dan kalimat bukan inti.

e.       Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa
Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal.
f.       Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas: kalimat bebas dan kalimat terikat
B.     Saran
1.      Penulis menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi mengenai jenis-jenis kalimat selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam mencari referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.









DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Dola Abdullah. 2010. Tataran Sintaksis dalam Gramatika Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Kridalaksana Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Tim Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Marlinara. 2014. Jenis-jenis Kalimat Bahasa Indonesia, (Online),  http://marlinara.blogspot.com/2014/04/makalah-bahasa-indonesia-tentang-kalimat.html, diakses 6 Desember 2014.







4 komentar: