BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Gagasan dan
ide yang
disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata
yang terpilih dan tersusun menurut kaidah formal. Bahasa sebagai simbol yang bermakna terdiri atas
satuan-satuan tertentu yang secara fungsional saling berhubungan sebagai suatu
sistem bahasa. Satuan terkecil yang mengandung
makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar
yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Masih banyak orang yang belum
mengetahui dan belum paham tentang kalimat dan
jenis-jenis kalimat. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan
masyarakat Indonesia. Banyak hal yang harus diperhatikan saat menggunakan kalimat dalam ragam tulis, selain
ide atau gagasan, ragam tulis yang digunakan haruslah mencerminkan bahasa
formal dengan segala ketentuannya. Tentunya banyak
mempraktekan dalam dunia kebahasaan.
Kalimat adalah bagian ujaran yang
mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai intonasi final yang menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca
titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal subjek dan predikat dalam hal ini menunjukkan bahwa
kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya.
Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan
berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung
oleh kosakata yang memadai.
Hal inilah yang menarik untuk diketahui tentang bagaimana
pengertian kalimat, batasan-batasan sebuah kalimat dan jenis-jenis kalimat. Oleh karena itu penulis berusaha
untuk memberikan pemahaman tentang struktur dan
jenis-jenis kalimat
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1.
Apakah hakikat kalimat?
2.
Apa sajakah konstituen dasar pembentuk kalimat?
3.
Apa sajakah jenis-jenis
kalimat?
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dengan adanya makalah ini, yakni:
1.
Mengetahui hakikat kalimat.
2.
Mengetahui konstituen dasar pembentuk
kalimat.
3.
Mengetahui jenis-jenis kalimat.
D. Manfaat
1.
Kehadiran makalah ini
diharapkan dapat menjadi referensi dalam pembelajaran sintaksis bahasa
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kalimat
Dalam pandangan gramatikal, yang menganggap tata bahasa sebagai subsistem
yang hierarkis, kalimat merupakan satuan yang tetap terikat pada satuan yang
lebih besar atau dapat berdiri sendiri. Secara relatif, ada kemungkinan satuan
yang lebih besar kalimat dapat berdiri sendiri dan mempunyai intonasi final,
secara aktual dan potensial terdiri atas klausa. Dalam kaitannya dengan
satuan-satuan sintaksis (kata, frasa dan klausa), kalimat dapat dipandang
sebagai suatu konstruksi yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya
berupa klausa disertai intonasi final dan bila diperlukan dilengkapi dengan
konjungsi (Dola, 2010: 76). Sedangkan menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 6),
kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri sendiri,
yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
Pendapat lain dikemukakan Kridalaksana (2008: 103), kalimat adalah satuan
bahasa yang berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kalimat merupakan kesatuan ujar
yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua hal yang terpenting dalam pembentukan sebuah kalimat yaitu
konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar dapat berupa kata, frasa
maupun klausa yang diberi intonasi akhir. Berikut contoh kalimat yang dibentuk
oleh kata, frasa dan klausa.
Contoh:
Mangga! (dari kata)
Mangga manis! (dari frasa)
Andik membeli mangga manis. (dari klausa)
Jika kalimat-kalimat di atas dilafalkan maka akan jelaslah peranan intonasi
final dalam menentukan suatu kalimat. Karena peran intonasi finallah maka
kalimat merupakan satuan gramatikal bebas.
B. Konstituen Dasar Pembentuk
Kalimat
Sebagai
subsistem bahasa mencakup satuan-satuan pembentuk konstruksi kalimat serta
hubungan diantaranya. Konstituen dasar pembentuk kalimat meliputi; kata, frasa,
dan klausa.
1.
Kata
Dalam
tataran gramatikal, kata adalah satuan terkecil dalam kalimat. Kata memiliki
potensi untuk berdiri sendiri dan dapat berpindah-pindah tempat dalam kalimat. Kemampuan
kata menjadi kalimat dapat kita lihat, misalnya kata ambil dapat menjadi kalimat Ambil! (kalimat perintah), kata sudah dapat menjadi kalimat Sudah! (kalimat berita). Menurut Kridalaksana (2008:
110), kata merupakan satuan terkecil bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi
dari morfem tunggal, misalnya; pejuang,
mengikuti, pancasila, mahakuasa.
Ciri lain
dari kata ialah dapat berpindah tempat dalam kalimat. Misalnya, kata semalam dapat berpindah ke awal kalimat,
ke tengah kalimat, atau ke akhir kalimat. Kebebasan kata semalam untuk berpindah tempat dapat dilihat pada contoh kalimat
berikut ini.
Semalam hujan turun.
Hujan semalam turun.
Hujan turun semalam.
2.
Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
tidak berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat pada salah satu
unsurnya dan pada umumnya menjadi alat pembentuk klausa (Dola, 2010:7). Menurut
Tarigan (2009: 96), frasa adalah satuan
linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Pandangan lain dikemukakan oleh Kailani Hasan, frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang
berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari rangkaian kelas kata
yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama maupun ke dua. Rangkaian
kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan atributif, predikatif,
dan posesif. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008: 66),
frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;
gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi.
Dari
beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan gabungan atau rangkaian kata
yang tidak berciri klausa atau tidak memiliki predikat.
Seperti halnya dengan kata, frasa memiliki potensi untuk berdiri sendiri
menjadi kalimat, seperti contoh berikut ini.
Anak Andik. (jawaban dari pertanyaan Siapa
yang terlambat?)
Tadi pagi. (jawaban dari pertanyaan Kapan
Anda tiba?)
3.
Klausa
Klausa
adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook dalam Tarigan,
2009:76). Sedangkan Ramlan berpendapat bahwa klausa adalah suatu bentuk
linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Pendapat lain dikemukakan
oleh Dola (2010: 8), klausa adalah satuan gramatikal yang disusun oleh kata
atau frasa dan memiliki satu predikat. Pada umumnya, klausa merupakan unsur
pembentuk kalimat.
Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata,
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi
kalimat.
C. Jenis-jenis Kalimat
Untuk dapat mengklasifikasikan
kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau tinjauan.
Kriteria-kriteria itu menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.
1. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya,
kalimat dibedakan atas (a) kalimat tunggal, (b) kalimat bersusun, (c) kalimat
majemuk.
a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat
yang terdiri dari satu klausa bebas. Kalimat tunggal sering disebut kalimat
sederhana, kalimat simpleks dan kalimat ekaklausa.
Contoh:
1) (S)
(P) (Ket)
Dia datang dari Jakarta.
2) (S)
(P) (O)
Dunia meratapi musibah ini.
3) (S)
(P) (O) (Ket)
Dia sedang menulis surat di kamar.
4) (S) (P)
Kakekku masih gagah.
5) (S) (P) (Ket)
Mereka bergembira sepanjang
hari.
b) Kalimat
Bersusun
Kalimat bersusun adalah
kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa
terikat. Kalimat bersusun sering juga dinamakan kalimat majemuk bertingkat atau
kalimat majemuk subordinat. Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap
adanya lapisan atau tersusun, yaitu bagian utama dan bagian bawah. Disebut
bertingkat karena bagian-bagiannya memperlihatkan tingkatan yang tidak sama,
ada bagian induk dan bagian anak. Dipandang sebagai subordinasi karena bagian
yang satu bergantung dari bagian yang lain. Klausa-klausa yang membentuk
kalimat bersusun (bertingkat) ini tidak setara, ada klausa utama (Klut) dan
klausa subordinat (Klsub).
Untuk menggabungkan
klausa-klausa yang tidak setara itu, digunakan konjungsi subordinatif seperti;
kalau, ketika, meskipun, atau karena.
Contoh:
1) ( Klut )
(
Klsub
)
Dia tidak mencuci motor karena hari hujan.
2) ( Klut ) ( Klsub )
Kalau Husna pergi, Andik pun akan pergi.
3) ( Klut )
( Klsub )
Shoffi membaca komik, ketika ayah tidur.
4) (
Klut ) (
Klsub )
Meskipun dilarang oleh Shoffi, Nana akan pergi juga.
5) (
Klut ) ( Klsub
)
Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan.
c)
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk dari
beberapa klausa bebas. Kalimat majemuk sering pula disebut kalimat setara. Karena
klausa-klausa yang membentuknya memiliki status yang sama, setara atau
sederajat. Klausa-klausa yang setara dalam kalimat majemuk dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif, seperti; dan, atau, tetapi, lalu. Contoh:
1) ( Kl
bebas) ( Kl bebas)
( Kl bebas)
Rini melirik, Rahmat tersenyum dan Tini tertawa.
2) (
Kl bebas) ( Kl
bebas)
Dia membuka pintu, lalu mempersilakan kami masuk.
3) ( Kl
bebas) ( Kl bebas)
Dia datang dan duduk di sebelah saya.
2.
Jenis Kalimat Berdasarkan
Struktur Klausa
Berdasarkan struktur
klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kedua
jenis kalimat ini dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat
yang mengandung klausa lengkap. Terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kalimat
yang lengkap memiliki klausa lengkap, yaitu sekurang-kurangnya unsur subjek dan
predikat, disebut juga kalimat mayor.
Contoh:
1) (
S ) ( P )
Negara Indonesia berdasarkan pancasila.
2) ( S )
( Ket ) ( P
)
Bapak menteri besok pagi akan ke Jepang.
3) ( S
) ( P
) ( Ket )
Kakeknya petani kaya di kampung itu.
b) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah
kalimat yang terdiri atas klausa yang tidak lengkap. Terdiri dari hanya subjek,
hanya predikat atau objek. Kalimat ini disebut juga kalimat minor.
Contoh:
1) Astaga!
2) Dari toko!
3) Andik!
4) Selamat malam!
5) Silakan duduk!
3. Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya
Berdasarkan amanat yang
dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif,
kalimat imperative, kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat
interjektif.
a)
Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung
intonasi deklaratif yang dalam ragam tulisan diberi tanda titik pada akhir
konstruksi. Amanat yang dikandungnya berupa pemberitaan atau pernyataan.
Contoh:
1)
Gaji pegawai negeri tidak dinaikkan.
2)
Hampir setiap hari mahasiswa berdemonstrasi.
b)
Kalimat Introgatif
Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung
intonasi introgatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda tanya (?) pada akhir
konstruksi. Selain itu, ditandai pula oleh partikel tanda tanya seperti –kah,
atau, kata tanya seperti; apa, mengapa, bagaimana. Amanat yang dikandungnya
berupa pertanyaan atau keingian memperoleh jawaban.
Contoh:
1)
Apa yang Anda harapkan dari saya?
2)
Mengapa rakyat Indonesia semakin miskin?
3)
Bagaimana caranya menurunkan bobot badan?
c)
Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung
intonasi imperatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda seru (!) pada akhir
konstruksi. Kalimat imperatif ditandai pula oleh partikel –lah atau kata-kata
seperti hendaklah, jangan. Amanat yang dikandungnya berupa perintah atau
keinginan agar orang melakukan apa yang dikehendaki pembaca atau pembicara.
Contoh:
1)
Jangan perhatikan ucapannya!
2)
Bacalah buku itu!
3)
Berikan surat ini kepadanya!
4)
Lompat saja!
5)
Hendaknya Anda melayani permintaan dia!
d)
Kalimat Aditif
Kalimat aditif adalah kalimat yang memberikan
keterangan tambahan pada kalimat pernyataan, dapat lengkap dapat pula tidak
lengkap.
Contoh:
1)
Sudah bulan Agustus, pemasukan juga tidak ada.
2)
Hanya belum punya uang.
e)
Kalimat Responsif
Kalimat responsif adalah
kalimat terikat yang berhubungan dengan pernyataan yang mendahuluinya, dapat
lengkap, dapat tidak lengkap. Kalimat responsif biasanya juga disebut kalimat
jawaban atau kalimat tambahan.
Contoh:
1)
Ya!
2)
Tadi pagi!
3)
Bagus!
f)
Kalimat Interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat seruan yang
mengungkapkan perasaan, dapat lengkap, dapat tidak lengkap. Seruan ada dua
macam yaitu (1) yang terjadi dari klausa lengkap ditandai oleh partikel
seperti: mudah-mudahan, alangkah dan (2) yang seperti: aduh, wah, amboi.
Contoh:
1)
Wah, ini baru kejutan!
2)
Amboi, cantiknya!
3)
Mudah-mudahan Tuhan selalu bersamamu!
4)
Aduh, andai saja dia belum menikah!
4. Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya
Berdasarkan pembentukan
kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan atas; kalimat inti
dan kalimat bukan inti.
a) Kalimat Inti (Kalimat Dasar)
Kalimat inti adalah kalimat
yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif,
netral. Dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat inti atau kalimat dasar dengan
pola struktur sebagai berikur: (Kategori kata diseragamkan dalam bentuk frasa).
Contoh:
1) FN + FV
(S) + (p) : Ibu/ datang.//
2) FN + FV + FN
(S) + (P) + (O) : Ayah/ merapikan/ rak buku.//
3) FN + FN
(S) + (P) : Ibu/ pegawai negeri.//
4) FN + Fnum
(S) + (P) : Uangnya/ tiga juta.//
5) FN + Fprep
(S) + (P) : Kekasihnya/ di desa.//
b) Kalimat Bukan Inti
Kalimat bukan inti adalah
kalimat yang terbentuk dengan pengubahan pola kalimat inti melalui proses
seperti: pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penambahan, pemerintahan,
penginversian dan pelesapan.
Contoh:
1) Komik dibaca oleh Dini. (Transformasi pemasifan dari kalimat inti
“Dini
membaca komik.”)
2) Apakah Dini membaca komik? (Transformasi penanyaan dari kalimat inti
“Dini membaca komik.”)
5. Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa
Berdasarkan jenis klausa
pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal
a) Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat
yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah
klausa verbal. Dapat berupa kalimat verbl transitif, intransitif, aktif, pasif.
Contoh:
1)
Ibu menulis surat. (Kalimat verbal
transitif)
2)
Nina berdandan di kamar. ( Kalimat
verbal intransitif)
3)
Surat ditulis Ibu (Kalimat verbal pasif).
b) Kalimat Nonverbal
Kalimat nonverbal adalah
kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai konstituen dasarnya. Dapat
berupa kalimat nonverbal nominal, adjectival, numeralia dan sebagainya.
Contoh:
1)
Kakekku pelaut. (Kalimat nonverbal nominal)
2)
Adiknya cantik sekali. (Kalimat
nonverbal adjektival)
3)
Tabungannya lima juta. (Kalimat
nonverbal numeralia)
6. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat
sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas: kalimat bebas dan kalimat
terikat.
a) Kalimat
Bebas
Kalimat yang mempunyai potensi
untuk menjadi ujaran lengkap atau kalimat yang dapat memulai sebuah paragraf
wacana tanpa konteks lain dari penjelasan.
b) Kalimat
Terikat
Kalimat yang tidak dapat
berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini
menggunakan salah satu tanda ketergantungan (keterkaitan) seperti penanda
perangkaian, penunjukan, anaforis.
Contoh dari kalimat bebas dan
kalimat terikat:
Sekarang di Riau amat sukar
mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh (2).
Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung (3).
Kalimat (1) adalah kalimat
bebas.
Kalimat (2) dan (3) adalah
kalimat terikat.
D.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud dapat dipahami
oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata) yang
tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik pemakaian tanda baca dan penulisan kata. Selain itu, menurut Marliana
(2014) kalimat efektif juga memiliki enam syarat
keefektifan, yaitu adanya
(1) kesatuan, (2) kepaduan, (3)
kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
1.
Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan
adanya ide pokok (subjek dan predikat) sebagai kalimat yang jelas. Contoh:
a) Bagi yang tidak
berkepentingan dilarang masuk. (salah)
K P
b) Yang tidak
berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
2.
Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah
kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga
menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
a)
Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki
surat izin mengemudi. (tidak
mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
b)
Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat
izin mengemudi (subjeknya sudah jelas). (benar)
c)
Kami telah membicarakan tentang hal itu.(salah)
d)
Kami telah membicarakan hai itu. (benar)
3.
Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal
yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah
perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur
pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:
a)
Kami telah merencanakan membangun pabrik,
membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan membuat tali air. (salah)
b)
Kami telah merencanakan membangun
pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan desa, dan membuat tali air. (benar)
c)
Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
(salah)
d)
Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
(benar)
4.
Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu
kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
a)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari
pagi sehingga petang. (salah)
b)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari
pagi sampai petang. (benar)
5.
Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau
kelompok kata. Dengan kata
lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi
padat berisi. Conto:
a) Hanya ini saja
yang dapat saya berikan. (salah)
b) Hanya ini
yang dapat saya berikan.(benar)
c) Ini saja yang
dapat saya berikan. (benar)
6.
Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti
kalimat yang logis atau masuk akal.
Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna
ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian. Contoh:
a) Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
b) Heri
kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c) Kepada Bapak
Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan.(salah)
Alasan : Waktu dan tempat tidak mungkin kami
persilahkan.
d) Bapak Gubernur kami persilahkan. (benar)
E. Beberapa Kesalahan dalam Kalimat
Beberapa
kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2)
ketidakjelasan unsur subjek dan predikat dalam kalimat, dan (3) gejala pleonasme dalam kalimat.
1.
Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah
kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu
sifatnya khas. Dikatakan khas
karena adanya pembentukan satu kalimat
yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya
menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh:
Melalui
kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. (salah)
Bagian pertama kalimat di atas melalui kursus ini; bagian keduanya diharapkan bermanfaat untuk… Hubungan
bagian pertama dan kedua tidak cocok. Kalau kita
bertanya, ”Apa yang diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui kursus ini.” Jawaban yang tepat adalah “kursus ini”. Kalau
bagian pertama ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian kedua harus diubah
menjadi: diharapkan dapat ditingkatkan
keterampilan. Mari kita kembali pada kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah
kalimat asalnya yang benar.Perhatikan kalimat asal itu.
a) Kursus ini
diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
keterampilan. (benar)
b) Melalui kursus
ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan. (benar)
2.
Ketidakjelasan
Unsur Subjek dan
Predikat dalam Kalimat
Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur subjek dan tidak
memiliki unsur predikat akan membuat
ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti objek, keterangan dan Pelengkap. Contoh:
a) Di antara
beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya
bersama. (tidak jelas
unsur subjek)
b) Negara Eropa
Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (jelas unsur subjek)
c) Ayah ke kantor
jam tujuh pagi.(tidak ada unsur predikat)
d) Ayah pergi ke kantor jam tujuh pagi. (ada unsur predikat)
3.
Gejala Pleonasme dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata
atau bahasa yang berlebihan. Contoh:
a) Para tamu-tamu
mulai datang ke pesta itu. (salah)
b) Para tamu mulai
datang ke pesta itu. (benar)
c) Tamu-tamu mulai
datang ke pesta itu. (benar)
d) Sejak dari
terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing (salah)
e) Sejak terminal
sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing.(benar)
f) Dari terminal
sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kalimat
adalah gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan mempunyai intonasi
final.
2. Konstituen
dasar dalam pembentukan kalimat dapat berupa, kata, frasa dan klausa.
3.
Klasifikasi kalimat dalam berbagai kriteria atau tinjauan, yaitu:
a.
Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas (1) kalimat tunggal,
(2) kalimat bersusun, (3) kalimat majemuk.
b.
Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan atas
(1) kalimat lengkap dan (2) kalimat tak lengkap.
c.
Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya
Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat
deklaratif, kalimat introgatif, kalimat imperative, kalimat aditif, kalimat
responsif, dan kalimat interjektif.
d.
Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat
dibedakan atas; kalimat inti dan kalimat bukan inti.
e.
Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa
Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat
verbal dan kalimat nonverbal.
f.
Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf,
kalimat dibedakan atas: kalimat bebas dan kalimat terikat
B.
Saran
1. Penulis
menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi mengenai jenis-jenis kalimat
selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam mencari
referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi
Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Dola
Abdullah. 2010. Tataran Sintaksis dalam
Gramatika Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Kridalaksana
Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi
Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan
Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis.
Bandung: Angkasa.
Tim Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Marlinara.
2014. Jenis-jenis
Kalimat Bahasa Indonesia, (Online), http://marlinara.blogspot.com/2014/04/makalah-bahasa-indonesia-tentang-kalimat.html,
diakses 6 Desember 2014.
cukup bermanfaat. :)
BalasHapusterima kasih Ny. Ihsan :)
BalasHapusJazakillah khoir
BalasHapusTerima kasih, sangat bermanfaat.
BalasHapus